Sunday, March 17, 2019

[TIPS] Mengatur keuangan keluarga yang efektif


Kemarin kedatangan calon asisten rumah tangga (ART). Orangnya baik. Menyenangkan diajak ngobrol. Setelah ngalor ngidul ngobrol cukup lama, saya jadi tahu ternyata beliau hanya hidup berdua dengan anaknya. Suaminya kerja diluar kota dan pulang tiap dua minggu sekali.
Bagian paling menarik sekaligus menamparku adalah saat kami membahas soal uang belanja. Jujur, sejak dulu sekali saya paling "boros" soal uang belanja. Jarang turun ke dapur bikin saya dikenal baik oleh karyawan RM Sederhana karena keseringan beli lauk atau nasbung. And you know-lah, harga lauk disana. Ditambah beli ini itu akibat saya lapar mata saat liat Go-Food, paling nggak, ini paling nggak ya, 100rebu jebol buat urusan perut.
Lha si calon ART itu, meski beliau hanya ART, tapi bisa punya tanah kavlingan di beberapa lokasi yang beliau beli dengan sistem cicil syariah. Dua diantaranya telah lunas. Sisa satu kavling ukuran 2,5 tumbuk yang sedang dicicilnya saat ini.
"Suami Mbak memang kerja apa diluar kota?"
Saya lupa apa nama kerjaan suaminya. Yang jelas, si suami bergaji bersih perbulan 2,8 juta. 2,5 juta diserahkan ke istri sepenuhnya, yang 300ribu dikantongi sang suami. Dari uang 2,5 juta itu, beliau sisihkan 250ribu untuk uang SPP anak perbulan, 300ribu untuk uang saku anak sebulan (si anak dijatah 5ribu perhari untuk jajan), listrik 180ribu dan cicilan kavlingan 800ribu perbulan. Tersisalah 970ribu.
"Maaf ni, Mbak.. Sehari-hari kebutuhan dapur Mbak dan anak berapa? Cukup 970ribu itu untuk makan sebulan?" saya tergelitik untuk ingin tahu. Tepatnya bukan kepo. Tapi lebih pada rasa penasaran bagaimana beliau mengelola uang belanja.
Beliau tertawa.
"Sangat cukup sekali. Malah saya masih bisa nabung."
"Beneran?"
"Saya terbiasa menyusun menu seminggu. Karena hanya berdua dengan anak, menunya juga sederhana yang penting sehat."
Dari 970ribu yang tersisa, beliau sisihkan untuk beli beras 10 kg (yang diakuinya cukup untuk sebulan) seharga 130ribu, gas LPG 50ribu perbulan, bamer + baput 30ribu, cabai campur 45ribu, minyak goreng 25ribu dan semuanya dia kelola dengan baik cukup untuk sebulan. Gula sekilo, teh 2 kotak, sabun, odol gigi, sampo beli dicukup-cukupi tak peduli merek, harus cukup 90ribu. Iseng saya hitung tersisa 600ribu.
Barulah dari 600ribu itu beliau atur sedemikian rupa untuk lauk sehari-hari.
"600ribu untuk sebulan?" Aku takjub.
"Bukan. Sebulan hanya habis 300ribuan Mbak," beliau tertawa melihat keterkejutan saya.
"Gimana ngaturnya itu?"
"Saya atur menu seminggu. Sekali beli ke Angso Duo langsung beli ukuran seminggu. Misal, senin menunya tumis bayam campur toge untuk sayurnya, lauknya sambal hati ayam 5 pasang. Bayam seikat normalnya 2500. Toge beli 2000. Hati ayam 10ribu. Jadi sehari itu hanya 14.500. Kalau beli bayam langsung 3 ikat, diskon hanya jadi 5ribu. Hemat 2500 saya. Bayamnya bisa dijadikan menu hari selanjutnya tapi jangan ditumis, mungkin disayur bening pakai jagung atau disayur putih pakai tahu."
Aku tercengang.
"Selasanya misalnya tumis pepaya muda atau tumis kacang panjang yang saya beli 5ribu. Lauknya lele goreng setengah kilo dapat 4 ekor hanya 10ribu. Jadi sehari itu 15ribu."
Beliau terus menjelaskan hingga menu hari sabtu dan saat ditotal memang hanya habis sekitar 75ribuan saja untuk menu seminggu! Seminggu saudara-saudara! Kali 4 minggu hanya 300ribu. Beliau tidak bohong. Sisa uangnya berapa? 300ribu!
Masih sisa ternyata!
"Yang 300ribu itu saya ambil 100ribu buat sesekali jajan bakso atau jajanan lain saat kepengen Mbak."
"Yang 200ribu?"
"Maaf bukan riya' saya sisihkan untuk rutin disedekahkan 50ribu tiap hari jumat ke yang membutuhkan. Jadi pas 200ribu. Sedekah itu memang saya wajibkan."
Ketemu!
Disinilah kunci keberkahan rezeki dikeluarga beliau. Sedekah dan tidak riba. Malah salah satu kavling tanah beliau sedang ditawar seseorang dengan harga 3 kali lipat saat beliau beli dua tahun lalu.
"Mau Mbak jual?"
"Iya, beliau nawar 100 juta untuk 2,5 tumbuk. Setumbuknya 40 juta. Saya dan suami sepakat lepaskan. Tanah kosong Mbak. Uangnya mau saya pakai buat bangun rumah di tanah kavling 1 lagi. Alhamdulillaah semoga Allah rido, tahun depan nggak ngontrak lagi."
Aamiin.
Hari ini, pagi-pagi aku ikut-ikutan bikin menu seminggu. Tapi nggak ketemu angka 75ribu seminggu. Ya Allaah, tobat! Urusan perut ternyata menu yang kususun itu hanya bikin aku menelan ludah pahit. Harus belajar banyak dari beliau. Sungguh!
Foto hanya buah iseng saya ngitung uang belanja beliau kemarin. Bisa ya beliau?
Sumber : Mutia Jurnalis
----------------------------------------

Pengunjung yang baik selalu meninggalkan kesan dan pesan...!!! Terima kasih

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails